Jumat,
15-06-2016
Tidak
bisa dipungkiri bahwa senjata paling ampuh didunia adalah informasi. Kita bisa
melakukan segala hal dengan mengetahui informasi sebagai latar belakangnya.
Dalam tergagasnya suatu ide ataupun pencetusan solusi, kita wajib mengetahui
semua informasi permasalahan. Sehingga informasi merupakan satu langkah awal
yang kali ini wajib digali oleh rombongan kami, anggota KKN 23. Perihal
sejarah, potensi yang dapat dikembangkan maupun kelemahan desa yang harus dicarikan
solusi pemecahannya. Kami harus mencari seseorang yang mengetahui segala hal terkait
desa Banuajuh barat sehingga mempermudah proses pelaksanaan program kerja yang
telah tersusun.
Dalam setiap pelsiran yang
dilakukan, sebisa mungkin kami tidak mengabaikan masyarakat yang telah beramah dan
sudi untuk bercengkrama. Kemudian perbincangan dilakukan guna mendapatkan
informasi sebagai langkah awal yang telah ditentukan. Tak disangka komunikasi
menjadi kendala bagi kelompok kami. Masyarakat setempat menggunakan bahasa
madura sedangkan mayoritas angota KKN 23 tidak paham atas apa yang disampaikan.
Maka sedapatnya kami kantongi informasi yang diperoleh. Selepas itu, kami
segera memutuskan kembali ke posko, sebab hari jumat begitu singkat untuk
dijadikan waktu berkunjung. Dan anggota laki-laki KKN 23 memiliki tanggung
jawab melaksanakan sholat jumat berjamaah. Ketua kelompok mengintruksikan
kepada semua anggota agar mengakhiri kerja pagi ini.
Dalam perjalanan menuju masjid, ketua
kelompok dan lima anggota laki-lakinya berulang kali mendapati kesulitan karna
salah jalan yang lagi-lagi terjadi. Suara tarkhim terdengar dari corong masjid
dari arah timur, namun saat didatangi ternyata tidak lagi didapati bunyi
tersebut, melainkan semakin hilang, malah terdengar jelas dari arah barat.
Kesulitan yang dialami tidak lain karena semua anggota tidak mengetahui jalan
yang benar menuju masjid. Akhirnya seorang lelaki tua bersongkok yang berjalan
dari arah selatan menjadi pemandu menuju masjid dengan berjalan sedikit
terburu-buru karena adzan telah dikumandangkan.
Sesampai dimasjid, tatapan yang pernah
kami dapatkan seperti halnya saat awal datang didesa ini kembali terulang. Kami
salah tingkah menghadapi hal tersebut. Dengan membungkukkan badan layaknya
orang menyapa, kami berlalu menuju tempat wudhu yang letaknya bersebelahan
dengan rumah warga. Poleng salah seorang anggota kelompok menyampaikan tentang
keganjilan yang terjadi saat itu. Ia mengungkapkan bahwa saat memasuki tempat
wudhu, tatapan masyarakat tidak kunjung beralih dan tetap terfokus kepada kami
semua. Seperti terjadi sesuatu yang tidak kami ketahui apa penyebabnya. Poleng
mengamati sekitar area masjid. Keanehan yang sedari tadi menjadi firasat ternyata
benar. Kami salah masuk tempat wudhu. Yang kami gunakan saat ini adalah kamar
mandi warga yang letaknya berdekatan dengan masjid. Sedangkan tempat wudhu yang
sebenarnya berada pas disebelah utara masjid. Sungguh sial, masing-masing dari
kami menahan tawa karena kebodohan yang baru saja terjadi.
Usai melaksanakan sholat jumat kami
memutuskan untuk bersilaturahmi dengan jamaah yang tersisa didalam masjid. Dari
pembicaraan yang berlangsung, bertemulah kami dengan Tuan Abu Sama, seseorang
yang mengetahui segalanya tentang seluk beluk desa Banuajauh barat. Beliau
adalah mantan kepala desa yang baru tiga tahun lalu telah diganti. Sebenarnya
kami juga telah berbincang dengan kepala desa baru, namun akhir-akhir ini
kesibukan beliau begitu padat sehingga sulit untuk ditemui dan membuat kami kesulitan
memperoleh informasi. Dari Tuan Abu Sama kami mengetahui bahwa didesa ini
terdapat lima dusun. Diantaranya, Gunung pekol, Jurang ara deje, Jurang ara
laok, Parse, dan Toteker. Dulunya desa banuajuh barat hanya memiliki empat
dusun yang terbagi didalamnya. Namun karena luasnya area Jurang ara deje
mengharuskan Tuan abu sama membaginya menjadi dua dusun yakni Jurang ara deje
dan Jurang ara laok. Beliau juga menuturkan bahwa potensi desa Banuajuh barat
sangat didominasi oleh home industri tikar dan pembuatan gula siwalan yang
menjadi mayoritas mata pencaharian masyarakat setempat. Banyak informasi yang kami
dapatkan dari beliau. Tuan Abu Sama juga berbaik hati mengizinkan kami
berkunjung setiap waktu dan bersedia memberikan kebutuhan sehari-hari kami
apabila nantinya tidak dapat tercukupi. Beliau juga memberikan banyak pesan
tentang pembelajaran bermasyarakat yang sesungguhnya, membuat kami mengerti
akan budaya, etika dan tradisi yang berkembang didesa Banuajuh barat dari dulu
hingga saat ini. Selepas pertemuan tersebut kami mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnhya kepada beliau, Tuan Abu
sama.
By:
Gudel
Komentar
Posting Komentar